Di akhir pekan liburan semester ganjil kelas
XI ,aku yang tergabung Social community ngadain acara ke pagar alam ,perjalan
di tempuh 12 jam ,ngelebihi perjalanan ke jakarta karna ada sedikit “probelem “
sopir lupa alamat”
Samapai di lahat jam 5.30 kami semua di
suguhkan pemandang gunung candi ,gerimis yang menghiasi serasa di kota bandung
,sayangnya perjalanan itu naas ketika pak sopir muterin lagu Roma irama “jUdi”
seolah konsentrasi buyar seketika !!
Seharian suntuk dan bosan melanda gara-gara
pak supir yang muterin lagu ala dangdut jadul membuat perut mual dan kepala
pusing”
Dan pengalamanku yang buruk duduk di belakang
dekat kernet, dekat dengan jendela,
Jam 06.00 sampai di lereng kaki gunung Dempo
di patahan sembilan ,jalan yang berkelok-kelok dan tebing yang curam tanpa
pembatas jalan membuatku ingin nangis
Korsi ku yang dekat dengan fentilasi membuat
udara dingin menusuk hingga ke tulang rusuk, fobia ketinggian melihat
kiri-kanan jurang membuat ku terdiam ,terpucat pasi.
Jam 10.35 sampai di penginapan di bawah
gunung dempo, karna percaya diri ku beranikan untuk mandi ,alhasil badan ku kedinginan mengigil hebat ,sahabat
ku pun kerepotan.
Ke’esokan paginya hujan deras tak kunjung
usai,kami semua putus asa.. karna tak bisa melihat puncak gunung dempo.
Jam 08.16 hujan berhenti dan mentari
mennyambut cerah puncak gunung terlihat begitu anggun, perkebunan teh membentang
menhiasi gunung dempo, udara dingin
masih terasa, di barengi gerimis rintik
,tapi hal ini takkan terlupakan kenangan putih abu-abu