Hati ini memang terlalu lemah
Terlalu sering mengalah
Terlalu indah perasaan itu
Dan memberiku kebahagiaan semu..
Ternyata harapan ini telah membutakan hati
Ku sadari, hatiku terlalu meninggikanmu
Hatiku terlalu memujamu
Yang akhirnya hanya menjadi kenangan pahit
Meninggalkan rasa sakit..
Lelah hati ini menangis
Tapi bukan berarti aku kalah
Aku hanya butuh waktu untuk berpikir
Aku hanya belum terbiasa berjalan jauh..
Aku tidak kalah
Takkan pernah kalah…
Aku di sini, duduk terdiam bersama serpihan perihku. Sakit ku
mengingat saat kau di sisiku. Dulu, kau memberiku sebuah senyuman yang
belum pernah ku dapatkan sebelumnya. Rasa itu terukir dalam dengan
indah. Tapi tak ku sangka, rasa sayang yang selama ini kau beri hanyalah
kebahagiaan yang semu. Kau mengagungkan sesuatu yang kau sebut cinta
dengan topengmu, yang dibaliknya tersembunyi seribu bilah pisau yang
siap menyerangku dan menusuk jantungku. Atas nama cinta, kau
bersandiwara di depanku.
Saat kau bercerita tentang peran baikmu dalam sandiwara yang berbeda.
Begitu lihai kau merangkai kata dan mengucap janji manis yang sangat
indah terdengar. Awalnya aku bisa mengabaikan semua rayuan manismu, tapi
kau memang takmau menyerah. Bagaimanapun juga aku seorang wanita yang
selalu terbawa perasaan, akhitnya hatiku luluh saat kau berkata “Kaulah
pelabuhan cinta terakhirku…”
waktu terasa berjalan begitu cepat hingga membuatku terjatuh dan tak
sadarkan diri lagi. Bodoh aku yang percaya dengan ucapanmu. Kau
membuatku berkorban hanya untuk dirimu. Diam-diam kau menusukku dari
belakang dengan belati dibalik topengmu yang terukir indah. Kata-kata
cinta yang kau beri racun, membuatku tidak menyadari sakit yang begitu
dalam.
Apa kau masih menjunjung tinggi janji yang pernah kau berikan untukku? Janji bahwa kau takkan pernah meninggalkanku.
Mengapa hati ini masih menyimpan kenangan bersamamu? Setiap detik di
sisimu terekam jelas dan tersimpan indah di sudut hati kecilku. Tapi
semua itu hanyalah sandiwaramu, kau adalah seorang pemain yang memiliku
seribu topeng dan beribu tipu muslihat untuk mendapatkan apa yang kau
mau.
Kau mendekatiku dengan bualanmu untuk menjadikanku permainan. Setelah
kau mendapatkan kesenangan yang kau cari, kau membuangku dan
menganggapku tak pernah ada dalam hidupmu. Entah apa yang membuatmu
melakukan semua itu. Apa rasa sakit yang pernah kau ceritakan itu yang
membuatmu tak punya perasaan lagi seperti ini? Atau memang inilah
dirimu yang sebenarnya?
Seharusnya aku mendengan apa kata mereka, tapi aku terlalu angkuh
dengan perasaan itu. Ya…hatiku terlalu meninggikanmu karena terlalu
mudah aku terbuai oleh setiap katamu. Salah ku memberimu kesempatan
untuk bermain api dibelakangku. Sekarang aku hanya bisa menyesali
kepolosanku berhadapan dengan orang sepertimu.
Tapi apa gunanya rasa sesal itu? Aku telah tersakiti, perih yang sangat
dalam dan aku harus membuang perasaan yang dulu kubanggakan. Aku malu
dengan diriku.
Tak ada lagi kata yang bisa menggambarkan rasa sakitku yang begitu
dalam. Kini ku merasa, kau adalah orang terjahat yang pernah ku temui
selama hidupku.